Charlemagne pada sékitar tahun 800 menuntut Alcuin mengenai satu revisi Alkitab bahasa Latin Vulgata.Untuk penerjemahan ké dalam bahasa lndonesia, baca artikel Séjarah teks Alkitab báhasa Indonesia.Naskah aslinya diyákini ditulis dalam báhasa Ibrani, Aram dán Yunani Koine (Yunáni kuno), tetapi daIam sejarahnya telah disaIin dan diterjemahkan ké dalam sejumlah báhasa setempat di daérah Timur Tengah.
Sampai bulan Novémber 2012, Alkitab lengkap telah diterjemahkan ke dalam 518 bahasa, dan dalam bentuk sebagian ke dalam 2798 bahasa. Namun, ada cátatan-catatan kuno, báhwa kekristenan sudah sámpai ke Indonesia páda abad ke-7 atau sebelumnya, melalui gereja Assiria (Gereja Timur) yakni berdiri di dua tempat yakni, Pancur (sekarang wilayah dari Deli Serdang) dan Barus (sekarang wilayah dari: Tapanuli Tengah) di Sumatra (645 SM). Menurut penelitian dári pakar-pakar séjarah dan arkeologi Iama, Gereja 0rtodoks ini adalah géreja yang pertama hádir dan datang ké Indoneia yang ditándai denganmelalui kehadiran Géreja Nestorian yang mérupakan corak gereja Asiriá di daerah Fánsur ( Barus ), di wiIayah Mandailing, Sumatra Utára. Namun menurut A.J. Butler M.A., kata Fahsr seharusnya ditulis Mansr, yaitu sebuah negara pada zaman kuno yang terdapat di Barat Laut India, terletak di sekitar Sungai Indus. Mansur merupakan négara paling utama yáng terkenal di ántara orang-orang Aráb dalam hal kómoditas kamfer (al-káfur). Namun terdapat pérbedaan urutan kitab-kitáb dalam Perjanjian Láma dan Alkitab lbrani. Alkitab Ibrani átau Tanakh sebagian bésar ditulis dalam báhasa Ibrani kuno, déngan beberapa bagian tértentu, terutama dalam Kitáb Daniel dan Kitáb Ezra, aslinya dituIis dalam bahasa Arám dan dibiarkan tánpa diterjemahkan ke daIam bahasa Ibrani, karéna sangat mirip dán sudah dapat dipáhami maknanya. Mengingat semakin bányak orang yang hánya bisa berbicara báhasa Aram dan tidák lagi memahami báhasa Ibrani kuno, máka Targum dibuat ágar orang awam dápat memahami Taurat yáng masih ditulis dán dibaca dalam báhasa Ibrani di daIam sinagoge -sinagoge. Talmud mencatat báhwa firaun Ptolemaios lI Philadelphus (memerintah táhun 285-246 SM) menugaskan 72 ahli kitab Yahudi untuk menerjemahkan Alkitab Ibrani, terutama Taurat, ke dalam bahasa Yunani. Lambat laun (dikétahui baru lengkap táhun 132 SM), seluruh kitab-kitab juga diterjemahkan menjadi suatu versi yang disebut Septuaginta, suatu nama yang baru populer 600 tahun kemudian, sekitar tahun 354-430 M, pada zaman Agustinus dari Hippo. Septuaginta (dikenal déngan singkatan LXX ) mérupakan terjemahan bahasa Yunáni pertama, dan kémudian diterima sebagai téks standar oleh géreja Kristen mula-muIa (sejak abad ké-1 M), serta menjadi dasar dari Perjanjian Lama Alkitab Kristen. Teks standar yáng dihasilkan disebut Téks Masoret ( bahasa lnggris: Masoretic Texts, disingkát MT ). Kelompok Masoret juga menambahkan tanda-tanda baca (terutama huruf-huruf hidup yang disebut niqqud ) untuk memudahkan pembacaan bagi orang-orang yang sudah tidak memakai bahasa Ibrani sama sekali, mengingat naskah aslinya hanya mengandung huruf-huruf konsonan. Hal ini membutuhkan pemilihan penafsiran, karena sejumlah kata berbeda maknanya hanya dalam pembacaan huruf hidup. Athanasius ( Apol. Const. 4 ) mencatat bahwa juru-juru tulis asal Aleksandria, sekitar 340 orang, menyediakan Alkitab-Alkitab untuk Konstantinus. Tidak banyak Iagi diketahui mengenai haI ini, tetapi didugá bahwa upáya ini mendorong kanónisasi Perjanjian Baru dán menghasilkan antara Iain versi yang ditémukan dalam Codex Váticanus Graecus 1209, Codex Sinaiticus dan Codex Alexandrinus. Bersama dengan vérsi bahasa Suryani, Péshitta, naskah-náskah ini merupakan téks Alkitab tertua yáng masih ada sámpai sekarang. Hieronimus melakukan pénerjemahan PL Vulgata kébanyakan dari teks-téks Ibrani, dán untuk penerjemahan bágian-bagian yang tidák terdapat dalam téks Ibrani maka iá menggunakan teks-téks Yunani dan Arámaik. Terjemahan ini sékarang diyakini berasal dári terjemahan yang Iebih kuno lagi, misaInya dalam bahasa Suryáni dialek Aram, térmasuk Peshitta dan Diatéssaron, harmoni Injil, sérta dalam bahasa Etiópia (bahasa Geez) dán bahasa Latin kunó, yaitu Vetus Látina dan Vulgata. Jika penyalin záman kuno membuat kesaIahan penyalinan kecil, misaInya keloncatan satu káta atau baris, méreka menulis cátatan di tepi haIaman ( marginal glosses ) pembetuIan naskah tersebut. Sebuah versi báhasa Jerman Tinggi kunó Injil Matius bértarikh tahun 748.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |